Halaman

Sabtu, 08 Desember 2012

Saya tipe kepribadian: Pemikir Analitis



Tipe Pemikir Analitis adalah orang-orang pendiam dan tidak banyak bicara. Mereka suka menggali hingga ke dasar masalah – rasa ingin tahu adalah dorongan terbesar mereka. Mereka ingin tahu apa yang menyatukan dunia jauh di dalamnya. Mereka tidak butuh lebih banyak untuk kebahagiaan mereka karena mereka adalah orang-orang yang rendah hati. Banyak ahli matematika, filsuf, dan ilmuwan merupakan tipe ini. Tipe Pemikir Analitis tidak suka kontradiksi dan ketidaklogisan; dengan kecerdasan mereka yang tajam, dengan cepat dan menyeluruh mereka menangkap pola, prinsip, dan struktur. Secara khusus mereka tertarik dengan sifat mendasar segala hal dan penemuan-penemuan teoritis; bagi mereka, tidak penting apakah mereka harus menerjemahkannya menjadi tindakan-tindakan praktis atau membagi pemikiran mereka kepada orang lain. Tipe Pemikir Analitis suka bekerja sendiri; kemampuan mereka untuk berkonsentrasi lebih menonjol dibanding tipe kepribadian yang lain. Mereka terbuka dan tertarik pada informasi baru. 

Tipe Pemikir Analitis hanya memiliki sedikit ketertarikan pada masalah sehari-hari – mereka selalu agak seperti „profesor linglung“ yang rumah dan tempat kerjanya berantakan dan hanya mengkhawatirkan diri sendiri dengan hal-hal dasar seperti kebutuhan fisik ketika hal itu menjadi sangat tidak bisa dihindarkan. Pengakuan atas karya mereka oleh orang lain juga memegang peranan penting bagi mereka; secara umum, mereka cukup mandiri dalam hubungan sosial dan sangat mengandalkan diri sendiri. Oleh karena itu tipe Pemikir Analitis sering memberi kesan kepada orang lain bahwa mereka arogan atau congkak – terutama karena mereka tidak ragu untuk melontarkan isi kepala mereka dengan kritik mereka yang biasanya pedas (sekalipun beralasan) dan rasa percaya diri mereka yang tak tergoyahkan. Orang-orang di sekitarnya yang tidak kompeten tidak akan lolos dengan mudah dari mereka. Namun barangsiapa berhasil memenangkan rasa hormat dan ketertarikan mereka akan mendapatkan orang yang jenaka dan sangat cerdas untuk diajak berbincang. Pasangan yang membuat seseorang takjub dengan pengamatannya yang tajam dan selera humornya yang getir.

Butuh waktu sebelum tipe Pemikir Analitis bisa berteman, namun biasanya mereka akan berteman seumur hidup. Mereka hanya butuh sedikit orang di sekitar mereka. Kemampuan yang paling penting bagi mereka adalah kecocokan dan dengan demikian memberi mereka inspirasi. Kewajiban sosial yang terus-menerus dengan cepat membuat mereka jengkel; mereka butuh banyak waktu sendiri dan sering menarik diri dari orang lain. Pasangan mereka harus menghargai ini dan mengerti bahwa ini bukan karena kurangnya kasih sayang. Begitu mereka sudah memutuskan menyukai seseorang, tipe Pemikir Analitis adalah pasangan yang setia dan dapat diandalkan. Namun demikian, Anda jangan mengharapkan romansa dan ekspresi perasaan berlebih dari mereka dan mereka jelas akan lupa ulang tahun pernikahan mereka. Namun mereka selalu siap menyambut malam yang diisi dengan perbincangan menggairahkan dan segelas anggur lezat!

Rabu, 17 Oktober 2012

Dicari, Dirangkai, Ditemukan


Hahha...
Beberapa waktu terakhir ini ego saya meningkat dan meningkat.
sampai akhirnya... ya, anti-sosial saya sepertinya kambuh lagi.
Tak ada yang salah memang, kecuali saya sendiri.
Dear Allah,
bukannya meragukan, dan bukannya merasa tak cukup dengan Engkau.
Tapi kadang ada rasa ingin punya seseorang yang paham benar.
Sahabat? Hahha.... lagi-lagi tak nyaman menyebutnya.
Teman dekat. Nah, ini lebih enak dikatakan.
Mungkin saya yang terlalu banyak menuntut.
Kalau saya tak bilang, tak kan ada yang paham.
Tapi, ada beberapa hal yang terlalu sulit untuk dikatakan, terlalu malu, terlalu gengsi, terlalu remeh rasanya.
Untuk beberapa hal kadang saya ingin "dicari". Tak hanya sekedar cukup dengan apa yang saya katakan...
Hm... ingin sedikit "tidak dipercaya". Ya, saya ingin dicari.
Beberapa orang bilang saya terlalu rumit.
Sebenarnya tidak juga.
Kalaupun memang begitu, saya ingin ada orang yang dengan senang hati menyusuri labirin yang ada dalam diri saya.
"Menemukan" saya yang saat ini mungkin masih tertutup sebagian.
Beberapa kali saya menyebar sesuatu. "'petunjuk" mungkin kalau ini  mengenal saya adalah "teka-teki".
Makanya, kadang saya ingin "dirangkai". 
Hahha...
Tapi memang tak memaksa sama sekali.
semua ada waktunya, ada pemerannya. Toh kalau bukan kalian, saya sama sekali tak keberatan.
:D
Seperti yang saya selalu ulang dalam hati :
"Saya mampu menunggu selama apapun. selama saya punya Allah, saya cuma perlu percaya kalau Dia akan menghadiahi saya waktu dan orang yang tepat"
Orang yang mampu bersabar dengan segala kerumitan dalam diri saya yang ia temukan.
Yang mampu membaca saya tanpa perlu melihat atau bertanya.
Yang mampu mendengar saya tanpa perlu saya bersuara.
Mungkin belum sekarang, mungkin belum dengan orang yang saat ini saya kenal. 

Minggu, 02 September 2012

Pending

Sepertinya sudah masuk waktu saya harus menyimpan banyak hal untuk diri sendiri saja.
Semua kegalauan, dan hal-hal tidak penting lainnya.
Kamu....kadang bahkan sering salah tanggap. Aku bahkan sulit membedakan kamu sengaja atau tidak.
Sudahlah, kita sudahi saja semua keterbukaan tanpa batas ini. Sampai waktu dimana kamu siap untuk memilah mana yang boleh kamu sebut ulang..
^^

Kamis, 02 Agustus 2012

unbelieve

Kamu boleh tidak percaya pada apapun.
tapi tidak dengan niat yang telah kita rangkai.
kamu boleh tak percaya pada siapapun.
tapi tidak dengan "kita"

Rabu, 01 Agustus 2012

Caranya Sendiri


atarashii...
...
sesuatu yang masih praduga, kadang kalo diomongin hasilnya suka beda ya.. berubah. hahha...
.
kemarin nath keseleo. ah, mungkin emang lagi ga hoki. atau ada niat yang "belok", sesuatu yang semacam itulah. dan itu terjadi di saat yang menurut nath kurang tepat. ya, kurang tepat. mood Kuro lagi di bawah. fyuu~~~
tau gak, sehari itu nath minta sama Allah buat ngasih banyak hal menyenangkan buat dia. biar mood nya balik lagi. tapi entahlaa, sampai agak sore pun dia masih lebih banyak diam. kadang nath suka nanya sendiri, "niat nath sampe ga sih ke dia?". karena kadang, rasanya di antara anak Bafuk, cuma ke dia aja ada semacam "tembok" yang bikin nath ga tau niat nath itu sampai atau ga. tapi yasudahlah, setiap orang punya caranya sendiri.


Senin, 16 Juli 2012

somethingreallynotimportant


mungkin sekarang gue perlu nutup mata sejenak dari "orang-orang itu". Mereka beda meski berasal dari tempat yang sama. Tapi justru itu yang mengesalkan. Ada sekelompok orang yang bisa dengan bebasnya bersikap bagaimanapun, menunjukkan diri seperti apapun. 
Batasan itu... adanya di diri sendiri. 
Emang sih ga ada yang ngelarang kalo aku mau jadi siapapun itu. Tapi kadang, ada beberapa hal yang bagaimanapun juga ga bisa dilepas gitu aja ke publik. Teguran mungkin ga ada, itu bukan sesuatu yang terlalu bebas sampai perlu ditegur. Itu juga bukan sesuatu yang terlalu salah sampai mesti diperingatkan. Gue tahu.

Tapi, meski sedikit, gue tahu pasti akan ada lagi "label-label" kecil yang ditempelkan ke gue lagi. 
Ada waktu dimana kita perlu membatasi diri. Entah seberapa sempit batasnya, entah seberapa lebar batasannya.

Sabtu, 07 Juli 2012

Ishbirii...

terakhir kali saya curhat itu kapan coba?
fyuh...
yasudahlah, jangan sampe yang keluar itu malah yang aneh-aneh.

saya emang bukan orang yang gampang marah. tapi saat sesuatu berjalan ga seperti semestinya, ada saat dimana jenuh itu tak tertahankan. bersikap biasa saja. sebenarnya cuma itu yang saya mau dari semua orang yang saya kenal. meski definisi "biasa" itu bisa jadi berbeda tergantung siapa.

yasudahlah, jangan sampe yang keluar malah yang aneh-aneh..
diam sejenak, Nath..
biarkan semua emosi itu mengendap. nanti, setelah muncul waktu yang tepat, kamu bisa ungkapkan langsung dengan yang bersangkutan. Dengan cara yang lebih ahsan tentunya.

Keep Patient..
^^

Sabtu, 09 Juni 2012

Pernah ada lho yang kaya gini... ^^

Inget waktu dulu, kadang ditegur temen-temen ikhwan karena kaos yang agak ngepas badan, atau kaos kaki yang lagi bandel ga dipake, atau kalo jalan-jalan pas liburan, tau disana ada ikhwan yang lagi jalan-jalan, sampe-sampe dibilang "berani banget lho Nath pake celana, di sana ikhwan juga lagi main lho"
Inget juga dulu ada temen ikhwan yang negur "Nath, baju yang ini jangan dipake lagi ya, agak ngebentuk badan."
Lain waktu lagi ada yang bilang, "akhwat tuh kalo lagi pake seragam, lengannya suka ga dikancing, suka kesingkap, terus keliatan tangannya, udah mana pada putih lagi"
Atau yang lain lagi, "kalo pake kaos kaki jangan yang belang-belang ya.."
Kapan-kapan ada yang titip pesen, "Akhwat tuh suka pake bedak ya? tolong donk sampein ke temen kamu, bedak, foundation, pelembab, atau apalah itu..jangan dipake terlalu tebal. Udah mana dasarnya putih, jadi aneh."
Terus pernah juga ada yang bilang, "Kalo liat perempuan yang jilbabnya lebar, terus pake rok, ga tau kenapa adem aja rasanya"

Fuuh...
tiba-tiba kangen dengan suasana itu. Bukan cuma dinasehatinnya aja, bukan cuma saling perhatiannya aja. Bukan itu. Di kampus aku sekarang pun banyak yang suka negur.
Cuma...
Inget bagaimana dulu mereka negur, beberapa bahkan aku masih inget orang yang pernah ngomongnya siapa aja. Dan ngeliat bagaimana mereka sekarang setelah lulus dan masuk dunia kampus. Ga cuma ikhwannya aja (sebutan untuk siswa di pondok aku), akhwatnya (sebutan untuk siswi di pondok aku) juga banyak yang berubah.


Aku tahu siapa yang pernah ngomong gitu dulu, dan kalo ngeliat gimana mereka sekarang, entah kenapa rasanya miris (atau sedih?). Ngeliat gimana pacarnya sekarang, yang beberapa emang bukan alumni pondok aku. 
"Mungkin teguran itu cuma berlaku buat akhwat pondoknya aja" pernah aku mikir gitu. Tapi terusnya beberapa dari mereka juga pacaran ama temen aku. yang sebutannya "Akhwat" itu. Sebutannya aja akhwat, tapi banyak dari mereka yang sekarang pake celana. Bukan masalah di celananya, ga masalah kalo itu masih celana longgar, bahkan meski jeans sekalipun kalo longgar aku pribadi ga masalah. Tapi kalo pensil yang ngepas? Apalagi legging? Iyakah santri yang dulunya disebut akhwat kaya gitu? Atau setelah lulus, lantas kita jadi "mantan santri"?


Hey, I'm not perfect yet. Aku juga masih ga alim-alim banget kok. Masih "cair" katanya mah, kalo bukan dibilang "bandel". Aku juga cuma orang yang ga sengaja punya titel "Akhwat" cuma gara-gara pernah nyantri. "Atong" katanya, "Akhwat sepotong".
Tapi ga masalah itu akhwat atau bukan sebutannya. Yang penting adalah gimana kita paham kenapa kita melakukan ini atau itu, trend fashion mana yang bisa diambil, dimodifikasi, atau ga bisa diadopsi sama sekali. Yang penting kita tahu esensi dari setiap hal yang kita lakuin.

Apa baju lengan panjang itu dipake karena aturan pondok aja? lantas kalo udah jadi alumni boleh pake lengan 3/4?
Apa jilbab nutup dada itu aturan pondok aja? Lantas kalo fashion jilbab yang ada susah buat nutup dada, kita pasrah dan tetep ngikut fashion?
Apa jalan bareng pacar, pegangan tangan atau apalah itu bentuk sentuhan fisik yang bukan mahrom dulu ga pernah kita lakuin karena ada poin pelanggarannya aja? Lantas kalo ga ada aturan pondok lagi kita jadi ngerasa bebas dan ngerasa itu lumrah, biasa, bukan masalah?

ini ga cuma dimaksud buat yang pernah disebut "akhwat" aja. Yang pernah disebut "ikhwan" pun emang ga beda? Mungkin ga semua, tapi ada, dan itu terlihat. Apa kabar pergaulannya? Apa kabar ikhtilath-nya? Apa kabar khalwat-nya? Apa kabar galau-nya? 
Kita boleh punya ilmu agama tinggi, buat debat bagus, qiyamul lail ga putus, puasa juga rutin, dhuhaa lengkap, organisasi oke, IPK bagus, bisnis juga lancar. Oke, ga masalah... maka teruskan semuanya. tapi apa ga timpang kalo di sebelah kita ada orang yang belum halal, dan kita sering jalan bareng dia? nonton bareng? menuhin inbox, wall, mention, atau lain-lainnya? yang kita belai, kita genggam, kita peluk, atau bahkan kita cium? Emang ga timpang?

Tanya lah sama diri sendiri, sama nurani. Ngaca lah sama omongan yang pernah dikeluarin waktu masih di pondok. Inget-inget lah kaya apa dulu yang pernah mencibir "mereka yang bandel", inget-inget lah kaya apa "standar orang baik" yang pernah ada di mindset kita jaman di pondok. Yang pernah jadi "akhwat"...yang pernah jadi "ikhwan"... pikirlah esensi peraturan pondok dulu itu kenapa bisa begitu? Pikirlah. kita udah makin dewasa, masa iya punya standar yang makin turun buat diri sendiri? Ya ga masalah kalo makin mampu maklum sama orang, tapi yakali sama diri sendiri juga nurunin standar.

Aku emang bukan orang baik pas di pondok. Bandel (entah pake banget atau ga), tukang ngelanggar, dan cuek sama peraturan. Oke lah, aku bukan siapa-siapa di pondok. Berpengaruh pun tidak. bahkan kalian yang dulu jauh lebih baik dari aku, yang negur aku kalo aku mulai ngelanggar, yang ngingetin aku kalo aku mulai bandel. 
Yang pernah nyindir waktu tau aku keluar malem, yang pernah setengah kesel waktu aku pake celana, yang pernah bersikeras nyuruh aku ga pake kaos yang agak ngepas, yang pernah minjemin kaos kaki waktu tau aku males pake. Yang nyuruh pake jilbab paris dua lapis karena katanya transparan.
Inget-inget lah...


Makasih banget. banget banget malah atas perhatiannya dulu, dan sekarang, boleh lah yaa aku ganti ngingetin.
^^

Rabu, 30 Mei 2012

Complicated (a little)


gue kadang suka mikir "apa udah waktunya yaa buat ambil jarak?"
heeyyy....
kadang tentang bab yang ini manusia emang punya masanya masing-masing.
beda-beda.
tergantung mau kaya apa dia nanggepinnya.
beda-beda.
tergantung seperti apa visinya saat ini. tergantung seperti apa kebutuhannya saat ini.

Kawan,
gue kadang takut.
kedekatan yang terlalu intens malah bikin keretakan. Tau khan?
Kaya pasir dalam genggaman.
Kalau tangan kita terlalu terbuka, dia terbang, ketiup angin.
Kalau tangan kita terlalu tertutup, dia jatuh, lewat sela jari.

Lagi-lagi gue begini.
Gue cuma takut aja kalau gue udah kelewat batas. hahaha...
Jangan-jangan gue malah udah lewat jalur privasi orang itu.

Idup gue simpel boi.
Fikir, lakukan, salah, ga usah nyesel. Bener, ya bersyukur.
bingung, tanya Pembuat Naskah. Minta Dia yang pilihin jalan.
Kelewat simpel mungkin yaa...

Tapi untuk urusan orang lain, gue bingung.
bingung harus sebatas apa gue nunggu dia, nanya dia, akrab sama dia.
Oh my...
Apa emang ini udah waktunya gue mundur?
Tapi gue takut salah langkah.
Sumpah, gue takut salah langkah. 

Rabu, 25 April 2012

Hal Culun dari Gue

kayanya gue terlalu paranoid, 
gimana mau "naik kelas" kalo begini ceritanya?

Allah...
Nath mau cerita.
iya, emang Nath takut,
bukan takut dengan item amalan yang semakin banyak. bukan takut karena hal-hal yang harus dilakukan bertambah banyak.
bukan...
tanpa itupun Nath udah punya niat buat berjalan semakin baik. Nath pun mulai melangkah meski pelan, meski halus, meski masih di bawah bayang-bayang, meski perubahannya sangat halus, dan masih timpang di beberapa bagian.
Tapi sungguh, itu bukan masalah.

Nath cuma takut kalo karena masalah ini malah bikin Nath makin sesak, makin sedih, makin enggan sama temen Nath sendiri.
Allah, Allah tahu khan kalo Nath ga suka dipaksa? Ga suka dituntut terlalu keras. dan terlalu "peka" dengan intonasi suara.
Allah tahu khan?

Hari ini amalan yaumiyah yang mesti dilakuin bertambah. Nath seneng, Allah tahu khan?
Sampai di item mesti shalat berjamaah pun Nath masih seneng, udah beberapa waktu ini Nath mau dan sering jadi imam, Allah tahu khan?

Allah...
banyak yang bilang kalo semua tingkah Nath mudah, sangat mudah disalahpahami, Nath tahu.
Tapi kadang rasa sedih itu tetap menelusup perlahan.
beberapa hari ini Nath shalat shubuh tepat waktu, udah bangun sebelum adzan malah. Nath seneng ya Allah. Bisa ketemu Allah lebih dulu dari yang lain. Nath seneng.
beberapa hari ini juga interaksi online Nath lewat media sosial juga sangat berkurang. Blogging bahkan ga sempat, ketiduran terus, bahkan pas lagi nungguin shutdown netbook. Allah tahu khan kalo Nath bukan sibuk online...Allah tahu khan? Tapi mereka nggak...
mereka ga tahu kalo Nath udah belajar, udah belajar lebih baik dari sebelumnya.
Meski sediki, Nada juga udah lebih niat kuliah, tapi mereka ga tahu. Mereka cuma tahunya Nath bangun siang, pemalas. Mereka ga tahu apa-apa tentang Nath.

Allah tahu khan kalo Nath emang ga se-perfeksionis mereka. Ga seideal mereka. Apalagi soal ibada. Makanya kenapa tiap kali ditanya tentang ruhiyah Nath ga pernah jawab jelas. Mereka selalu nge-judge Nath kurang, tentang segaanaya. Nah takut kalo standar yang menurut Nath udah lebih baik, menurut mereka belum, terus omongan Nath dibantah. selalu begitu.

Pun tadi, ada item tentang shalat shubuh berjamaah. Nath takut...  Takut kalo mulai besok pagi mereka akan lebih "keras" lagi sama Nath.

Ya Allah...
Bantu Nath yaa... bantu Nath supaya bisa lebih sabar. bisa lebih "tegas" kalo kata Eka.

Mungkin Allah pengen Nath bisa lebih kuat. Mungkin setelah ini ada "sesuatu" yang mesti Nath hadapi, dan itu lebih berat dari apa yang pernah Nath alami sebelumnya. Nath percaya, Nath percaya kalo setiap masalah yang Allah kasih adalah modal untuk menghadapi "level perjuangan" yang baru. ya Allah. Nath itu milik Allah khan? Hidup Nath itu untuk Allah khan? Jadi, pasti segala sesuatu yang hadir dalam kehidupan Nath adalah modal yang Allah kasih khan? Maka ya Allah... beri Nath kekuatan juga ya, seiring ujian yang Allah kasih.

Nath sayang Allah.
dan Nath percaya kalo Allah juga sayang Nath.
Allah pengen ngasih Nath tempat yang cuma bisa ditempatin sama orang yang udah lulus ujian bab ini khan?
Bantu ya Allah... bantu...
meski pun Nath ga se"keren" yang lain, Nath percaya Allah pengen Nath juga jadi "seseorang" khan..
^^

Selasa, 28 Februari 2012

Menunggu...apa?

aku menunggu..
seperti petal bunga sakura yang gugur perlahan.

kau tahu, langit masih biru
sebiru aku yang menatapnya dari sini.
menunggu..

matahari bersinar hangat..
aku menunggu..
menunggu butir-butir kaca itu menguap perlahan

aku diam.
seperti pohon tempatku bersandar
terlalu tegang bahkan untuk sampaikan
bahwa aku masih bimbang

Minggu, 26 Februari 2012

They Say I'm Freak, Weird, or Whatever

Dari kecil gue udah sering dibilang "aneh" sama temen temen gue. Masuk SD kata nyokap hasil psikotes gue lebih dewasa 2 tahun dari umur gue. Entah sejak kelas berapa gue sering nangis ke nyokap gara-gara ga punya temen sebaya buat diajak ngobrol, apalagi diskusi. Ekspresi gue datar, omongan dan intonasi gue lebih datar lagi. Gue cuma tau 2 ekspresi : "biasa aja, sama nangis". Sumpah, gue jelek banget pasti. Orang yang ga ngerti seneng, kangen, atau marah itu pasti orang jelek.

Masuk SMP ga jauh berubah. cuma gue belajar buat lebih "menyentuh" dunia di luar gue dan bacaan gue. Eh ya, gue kutu buku akut dari kecil, pokoknya kalo udah baca, gue buta, tuli, bisu dah. Tapi sekarang udah normal. 
 

Rabu, 22 Februari 2012

Moving On

Ini udah satu tahun 4 bulan. dan akhirnya aku bisa move on. 
Nyesek-nyesek yang dulu aku rasain kalo liat kamu sedih atau galau sekarang udah sangat jauh berkurang. Bahkan aku bisa baca nama kamu atau tulisan kamu tanpa rasa kesal kaya dulu. 
Mungkin buat kamu itu lama banget. Ya, tapi ga masalah. Karena aku move on ga lewat jalan pintas. Aku ga berjuang buat lupain kamu. Ga juga buat numpuk kenangan antara kita dengan kenangan baru bareng orang lain. Aku cuma berjuang buat nikmatin hidup, buat ngeliat sekitar, dan diri aku sendiri. Aku berjuang buat terbiasa dengan ketidakhadiran kamu, aku berjuang buat bertahan sendiri, menemukan teman baru, dan menatap langit. 
Satu tahun 4 bulan ini bukan aku lalui dengan masa-masa suram. Bukan. Aku coba ngelewatinnya dengan meningkatkan kapasitas diri. Aku ga mau kalau ada orang-orang yang sedih atau kecewa sama aku cuma garagara aku jatuh. Aku juga ga mau kalau "orang yang ditakdirkan" buat aku merasa ragu cuma garagara tahu ada orang sebelum dia. Meskipun saat ini aku belum ketemu "orang hebat" itu. 
Tapi kamu belum berubah. Masih kamu yang sama kaya sebulan lalu, bahkan setahun lalu. Masih menatap ke arah "dia" yang terakhir datang ke hidup kamu. Ga masalah juga sih. Udah bukan masalah buat aku. Meski awalnya aku sama sekali ga suka liat kamu down atau galau gitu. Tapi sekarang bukan masalah lagi. Itu hidup kamu. Jadi selamat menjalani, aku cuma bisa bantu doa biar kamu bisa jadi cowok yang lebih kuat lagi tentang masalah hati. 
Jangan terlalu banyak galau. Jangan terlalu sering curhat. Jadi cowok ga cuma mesti sabar, tapi juga harus lebih kuat dari kamu yang sekarang.

Oke, See ya..
Oyasumii..

note: aku tebak kamu golongan darah O atau A? melankolis, plegmatis. -abaikan-

Selasa, 07 Februari 2012

Kunjungan Kemarin

Depan Kantor Yayasan --Biyu, Ratih, Gue, sama Umi ^^
Tanggal 5 Februari kemarin gue baru aja main ke pondok bareng umi, sekalian ngejenguk adek yang emang masih sekolah di sana. Pas sampe sana baru aja inget kalo di hari yang sama sekawanan masyarakat alumni 13 dari macem-macem fakultas juga dateng buat "sosialisasi kampus". 
Nah, kalo masalah tentang itu nanti aja ya gue posting di blog sebelah, kalo blog ini, karena judulnya aja "My Bloggiary | Just another blog diary of me" jadi yang mau gue ceritain di sini murni tentang unpredicted experience yang kemarin gue alami pas kesana.

Oke, awalnya ini siang-siang, waktu lagi ngobrol-ngobrol sama adek kelas disana (Qifty sama Husna) tiba-tiba si umi telpon ngajak makan siang. Hohho, siapa kah yang tak senang dengan undangan gratis ini?
Yep, dan begitulah akhirnya kita bertiga (gue, umi, sama Fara-my Sist) makan siang di WarMus (Warung Muslim), Rumah makannya anak-anak santri yang lagi izin atau ada orang tua. Time so peaceful, and the guess so strange (dan grammar gue sangat aneh). Hahha.. gue ga kenal satupun yang dateng, kayanya sih anak-anak baru, maksudnya anak kelas 1 Aliyah ke bawah, soalnya muka-mukanya banyak yang ga gue kenal --alumni ga rajin update nih, hahha--.
Lalu, gue sama umi pesen makanan, ga lama dari itu angin berdesir, -lebay- rasanya ada sesuatu nih..dan pas gue nengok...  

Jumat, 03 Februari 2012

101 Post

Nyampe ke posting 101!!

-abaikan-

Spesial buat kamu yang nyasar di posting spesial ini

Rabu, 01 Februari 2012

Pondok, Kampus, dan Aku

Di tempat itu sebenarnya tak ada yang berbeda. Kita berbincang sebagaimana orang lainnya. Kita bergurau sebagaimana orang di luar itu. Tak ada yang berbeda. Hanya mungkin saat kau memandang sesuatu dari luar, semua memang akan tampak berbeda dari tempatmu berdiri. Maka, melangkahlah. Mulailah memasuki tempat itu.

Di tempat itu, tak ada yang berbeda. Ya, tak ada yang berbeda. Hanya cara mereka menatap mata-mata sahabatnya terasa begitu hangat. Hanya kata yang mengalir dari mereka, seringkali terasa begitu tulus. Hanya kedekatan antara satu dengan lainnya, meski tak satu gender, terasa begitu biasa. Biasa dalam arti tak ada hati-hati yang meletup-letup. Tak ada langkah-langkah tersirat apatah lagi tersurat untuk semakin dekat.

Kamis, 26 Januari 2012

Dipingit

Ini udah masuk minggu kedua aku di rumah, rasanya lebih baik dibanding minggu kemarin. Yahh.. meskipun aku masih suka seenaknya dan "memberdayakan" adek-adekku yang empat itu.. Hohho.. :scream:segaknya, liburan kali ini ga ribut sama umi. Yang biasanya sih karena urusan rumah. Hehe..

Senin, 23 Januari 2012

Memutihkan itu Juga Butuh Proses, Nath!


Setelah sekitar sebulan menderita insomnia, akhirnya aku bisa tidur malam juga... :sleep:yah.. meskipun tetep terbangun jam dua pagi tadi sih..

entah karena efek insomnia atau memang galau yang cukup akut sampe bikin postingan kaya begitu, nah buat netralisir postingan itu kalau kapan-kapan galau lagi aku memutuskan untuk bikin postingan yang ini.. mumpung lagi tercerahkan :please: hohho..

*mulai serius*nerd

oke, karena segala sesuatu itu berproses Nath..!
bahkan untuk memutihkan yang abu-abu. Perasaan ga bisa begitu aja diabaikan memang, tapi kita bisa memprosesnya. Biar kita ga larut dalam perasaan itu sendiri. biar kita ga jadi "budak" dari perasaan yang notabene adalah sesuatu yang ada dalam diri kita.


Senin, 16 Januari 2012

Yang Semakin Abu-Abu

aku ingin kita berjalan. bersama lagi meski tujuan kita berbeda. aku ingin kita kembali baik, meski mungkin sangat sulit. aku bukan berharap kau mengulurkan tangan lagi seperti waktu itu. Tapi kau yang terasa dengan sengaja membuat keadaan yang seperti ini itu menyebalkan. kita hanya dibatasi satu dinding kaca. aku di sebelah sini dan kau di sebelah satunya. mendapati bahwa bayangmu tanpa sengaja masuk ke retinaku meski aku tak lagi ingin. mendapati bahwa suaramu bercakap memasuki indera pendengaranku meski aku sudah berusaha tuli. aku tak mengerti dengan apa yang berlangsung sejauh ini. kau masih menjalin hubungan baik dengan semua yang ada di sekitarku. tapi tidak denganku.

Minggu, 15 Januari 2012

coret-coret ga jelas

iseng ngefudulin karya-karya sendiri jaman masih sekolah, pas dibaca-baca banyak puisi tentang "cahaya".
tiba-tiba kangen pengen nulis puisi tentang cahaya lagi ...
tapi, sejak beberapa waktu lalu memutuskan untuk ga lagi nulis apapun yang ada kata itu. tapi kok, tulisan gue jadi keliatan lebih random  dari sebelumnya ya..
hiks...
T.T

Senin, 09 Januari 2012

Semoga Tersampaikan

Semakin aku memandang, aku malah semakin tak mengerti. Ini hanya seperti kisah dalam film-film roman mana saja. seorang teman mengatakan, "Kenapa naskah selalu tak adil, mereka yang setia menunggu, selalu berakhir dengan menatap bayang. Lalu si tokoh utama berlari kepada mereka yang baru tiba, yang memulai dengan riak-riak terkadang percik api".

Ya, hidup kadang tak adil, ataukah manusia yang tak ingin membuatnya adil. Sensasi masa remaja. Mencari, berkata serius, untuk kemudian pergi, bertemu yang baru, dan berkata :

Sabtu, 07 Januari 2012

Akhwat... Masya Allah


Saya mau jadi akhwat. Insya Allah.. saya mau jadi akhwat. tapi bukan akhwat yang biasa saja. saya mau jadi akhwat yang bebas. yang pikirannya menjelajah jauh lebih luas dari apa yang dapat dijumpai oleh fisiknya.

saya mau jadi akhwat. Insya Allah.
tapi bukan yang biasa. saya mau jadi akhwat. jadi perempuan. yang anggun, meskipun ga feminin. saya mau tetap jadi saya apa adanya. kaya sekarang ini. cuma lebih baik aja. pengen jadi akhwat yang tangguh, meskipun ga bisa dibilang tomboy juga. "slenge'an" mungkin, tapi rapi. itu bisa dilatih.

Jumat, 06 Januari 2012

Membias

Hujan turun lebat di kota ini
sore hari, sepulang lelahku menyusuri kampus
mengutat diktat. mengisi absen
dari satu kelas ke kelas lain
dari satu rapat ke rapat lain

hujan turun lebat di kota ini
setiap hari
tanpa lupa

Selasa, 03 Januari 2012

Hijab#1



modifikasi 1

Pengen gaya jilbab yang agak beda, tapi pengen tetep panjang, tetep nutup dada, dan ga transparan.
coba yang ini, masih modifikasi memang, tapi boleh dicoba. ^^